IMG-LOGO
Home Daerah Rencana PLTN Sempat Kandas di Kaltim, Isran Noor Turut Bahas Pemanfaatan Energi Nuklir ke Uni Eropa
daerah | umum

Rencana PLTN Sempat Kandas di Kaltim, Isran Noor Turut Bahas Pemanfaatan Energi Nuklir ke Uni Eropa

oleh Er Riyadi - 26 Oktober 2021 11:06 WITA
IMG
Isran Noor, Gubernur Kaltim saat menerima kunjungan Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Vincent Piket ke Kaltim, Senin (26/10/2021)/ Diksi.co

DIKSI.CO, SAMARINDA - 2016 lalu, Pemprov Kaltim mencanangkan pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Talisayan, Berau.

Bahkan, penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) sudah dilakukan oleh Pemprov Kaltim dengan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) pada 2015 lalu.

Proses pembangunan PLTN difollow up oleh Gubernur Kaltim kala itu, Awang Faroek Ishak dengan melakukan studi kelayakan. Sayangnya, wacana itu PLTN di Kaltim kandas.

Isu penerapan energi nuklir kembali berwacana. Isran Noor, Gubernur Kaltim turut membahas potensi energi nuklir kepada Uni Eropa.

Pembahasan itu disampaikan Isran kala kunjungan bisnis Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Vincent Piket ke Kaltim, Senin (26/10/2021).

Termasuk pembahasan terkait potensi cadangan Uranium sebagai bahan bakar nuklir yang terkandung di Mahakam Ulu.

"Nuklir ada (kami bahas), tapi kan kapasitasnya belum terlalu terdata di Mahakam Ulu. Kalau Kalbar cukup besar, Kalbar kan berdekatan aja dengan kaltim," kata Isran Noor, ditemui di Kantor Gubernur Kaltim, Senin (26/10/2021).

Pemanfataan nuklir sebagai sumber energi, termasuk untuk memenuhi kebutuhan listrik di beberapa daerah yang tak terjangkau PLN. 

Nuklir menjadi pilihan untuk sumber energi bersih. Hanya saja, untuk pembangunan PLTN harus memenuhi standar keamanan.

"Mungkin dalam proses pembangunannya harus memenuhi standar. Tapi untuk persyaratannya Kaltim ini bagus, Kalimantan lah karena gak ada gempa," jelasnya.

Terkait ancaman yang juga diikuti dengan adanya nuklir di Kaltim, Isran menegaskan sebagai sumber energi bersih. Terkait risiko diakuinya memerlukan standar keamanan yang baik.

"Nuklir itu memang biaya investasinya mahal tapi kan operasionalnya murah. Tapi dengan syarat keamanannya dipenuhi benar-benar. Karena bisa bocor dan berbahaya. Jepang aja terjadi," pungkasnya. (tim redaksi Diksi)

Berita terkait