IMG-LOGO
Home Advertorial Dorong Penanganan Kekerasan Perempuan dan Anak, DPRD Samarinda Ingatkan Perlindungan Konkret ke Para Korban
advertorial | Umum

Dorong Penanganan Kekerasan Perempuan dan Anak, DPRD Samarinda Ingatkan Perlindungan Konkret ke Para Korban

oleh Alamin - 17 Mei 2025 14:46 WITA
IMG
Wakil Ketua Komisi IV DPRD Samarinda Sri Puji Astuti/ist

DIKSI.CO, SAMARINDA - Tingginya kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Samarinda tak luput dari perhatian anggota DPRD Samarinda, tak terkecuali Wakil Ketua Komisi IV DPRD Samarinda Sri Puji Astuti.


Ia mengungkapkan, tingginya angka laporan terhadap kasus kekerasan sebagai sinyal positif, bahwa kesadaran masyarakat untuk melapor mulai meningkat.


Kendati demikian, Sri Puji Astuti juga mewanti-wanti jangan sampai banyak laporan tapi tidak ada penyelesaian.


“Tapi ini juga jadi alarm, jangan sampai banyak laporan, tapi tidak ada penyelesaian, itu bisa jadi bom waktu,” ujar Sri Puji Astuti, belum lama ini.


Ia menegaskan, bahwa penanganan kasus kekerasan tidak cukup hanya pada tahap pelaporan dan pendataan.


Menurutnya, hal yang lebih krusial yakni adanya perlindungan konkret kepada para korban dan tindak lanjut terhadap setiap laporan yang masuk.


“Regulasi sudah ada, sistem juga berjalan, tapi kalau masyarakat belum diedukasi dengan baik, semuanya jadi tidak efektif,” ucapnya.


Diketahui, Samarinda kembali mencatatkan angka tertinggi di Kalimantan Timur dalam kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak. Hingga Maret 2025, tercatat sedikitnya 50 kasus terjadi di Samarinda.


Terkait hal itu, ia mendorong pemerintah untuk menyiapkan pendekatan komprehensif mulai dari regulasi, peran masyarakat, hingga penguatan kelembagaan untuk perlindungan perempuan dan anak.


Ia juga menyoroti lokasi Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Perlindungan Perempuan dan Anak dengan fasilitas rumah aman yang dinilai kurang strategis.


Pasalnya, rumah aman tersebut belum terhubung langsung dengan fasilitas penting seperti rumah sakit, sekolah, atau layanan sosial.


“Korban butuh pendampingan menyeluruh. Harus ada akses ke pendidikan, kesehatan, layanan sosial. SDM adalah hal paling penting yang harus dijaga,” pintanya.


Fasilitas rumah aman itu juga dinilai masih jauh dari ideal.


“Rumah aman yang ada memang sudah ada fungsinya, tapi belum memenuhi standar ideal. Harusnya benar-benar steril, dijaga satpam, dan bahkan memiliki komisaris seperti rumah sakit,” pungkasnya. (adv)

Berita terkait