IMG-LOGO
Home Daerah Soal Angkot atau Ojol di Pendistribusian Sembako, Dosen Unmul: Siapa Bisa Penuhi Kepuasan Pelanggan
daerah | umum

Soal Angkot atau Ojol di Pendistribusian Sembako, Dosen Unmul: Siapa Bisa Penuhi Kepuasan Pelanggan

oleh Zulkifly - 29 April 2020 11:04 WITA
IMG
Para pengemudi ojek online disebut sebagai solusi terbaik dalam pendistribusian sembako bagi warga terdampak Covid-19 di tengah pandemi/HO

DIKSI.CO, SAMARINDA - Di tengah masa pandemi tentang sulitnya mencari pendapatan saat ini, pemerintah daerah diketahui lebih memberdayakan ojek online (Ojol) daripada angkutan kota (Angkot) rupanya penilain tersebut dianggap pengamat tak serta-merta menganaktirikan para sopir konvensional tersebut. 

Diungkapkan pengamat kebijakan publik, Lutfi Wahyudi, Rabu (29/4/2020) kalau terpilihnya para pengemudi ojol baik roda dua dan empat karena kondisi pandemi saat ini sangat membutuhkan tenaga pendistribusi yang memiliki kecepatan, ketepatan dan kepercayaan.

"Siapa yang bisa memenuhi data kepuasan pelanggannya, maka dia yang akan memenangkan persaingan dibidang jasa ini," jelas Lutfi. 

Lebih jauh dijelaskannya, kehadiran ojol pada saat awal memang menjadi jawaban kebutuhan masyarakat dengan perkembangan zaman saat ini. Terlebih, kalau membandingkannya dengan para angkutan konvensional yang telah menahun, namun tak menunjukkan perbuahan signifikan dalam sisi pelayanan. 

"Di sisi lain, tanpa kehadiran ojol sekalipun pemerintah memang belum bisa menangani persoalan transportasi konvensional ini secara apik," terangnya. 

Namun demikian, Lutfi juga mengakui kalau tidak diberdayakannya para sopir angkot merupakan sebuah sisi dan problem yang sangat dilematis. Karena jika pemerintah menggunakan transportasi konvensional, maka yang menjadi pertanyaan ialah sisi kualitas pelayanannya. 

"Dilakukan (sopir angkot) tidak tertangani dengan baik ditinggalkan juga pasti ada problem dilapangan," sambungnya. 

Pemberdayaan para sopir angkot dalam distribusi sembako sendiri, kata Lutfi, memang harus diberdayakan sebagai warga terdampak. 

Hanya saja, menurutnya di tengah kondisi pandemi saat ini ojol memang menjadi satu satunya jawaban yang bisa menjawab problematika pembagian sembako. 

Jika tenaga pendistribusi tak memiliki karakter ketepatan dan kecepatan pengantaran, maka pemerintah akan menjadi sorotan publik. 

"Kalau berdayakan konvensional harus menata kembali, yang kedua perlu menata ulang itu tidak mudah tidak semudah kita bayangkan," sambungnya. 

Dengan buruknya tingkat pelayanan konvensional, Lutfi mengibaratkan kondisi konvensional ini ibarat menggunakan jasa yang mengalami gizi buruk kemudian di pacu kencang dan bersaing dengan yang sudah mumpuni.

"Ibarat pemain sepak bola kalau ini main mungkin baru setengah sudah keteteran. Ini kan problem kronis dan dipaksa untuk bermain di area yang membutuhkan ketepatan kecepatan dan kepercayaan yang cukup tinggi," kata Lutfi. 

"Saya tidak terlalu yakin bisa disiapkan dalam waktu singkat, bukan saya engga dukung tapi penanganan dari dampak covid sekarang yang digunakan pemerintah. Salah satu satunya menggunakan jasa Ojol untuk distribusi ini," katanya lagi mengakhiri. (tim redaksi Diksi)

Berita terkait